Rabu, 03 Maret 2010

laporan dialog kebudayaan antara dk-diy dengan lembaga - lembaga





DIALOG BUDAYA ANTARA DEWAN KEBUDAYAAN PROVINSI DIY

DENGAN LEMBAGA – LEMBAGA KEBUDAYAAN DI DIY

· Pelaksanaan

Hari : Kamis

Tanggal : 25 Februari 2010

Waktu : Jam 08.00-13.00

Tempat : Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta.

Jl. Sriwedani 1 Yogyakarta

· Narasumber an Paparan

1. Ir. Yuwono Sri Suwito, MM

“Eksistensi dan Kinerja Dewan Kebudayaan Provinsi DIY”

2. Dr. G. Budi Subanar, Sj

:Kompleksitas Problematika Kebudayaan dalam Konteks Yogyakarta”

3. Drs. H. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum.

“Mediasi dan Sinergi Antar Institusi”

· Moderator

Ir. Eko Prawoto

BAB I

PENDAHULUAN

Dinamika kebudayaan di DIY demikian dinamis, terjadi banyak pergeseran di berbagai sektor dan lini kehidupan, yang tak jarang mengundang kecemasan. Karena itu kebudayaan sebagai kata kerja, tetap harus diperbincangkan secara kritis, dan tentu, disertai agenda aksi yang cermat dan cerdas.

Dewan Kebudayaan Provinsi DIY (DK DIY), berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DIY (Nomor: 96/KEP/2009 tanggal 18 Juni 2009), bersifat otonom dan independen dalam kerangka melestarikan serta mengembangkan dinamika kebudayaan di wilayah Prov DIY yang juga berperan sebagai mitra kerja Pemerintah Prov DIY. Dalam konteks sifatnya itu, DK DIY bukan institusi yang memiliki wewenang untuk mengeksekusi (pelaksana) suatu kegiatan. Tetapi bekerja di wilayah kebijakan dan/atau pertimbangan kebijakan perihal kebudayaan (kepada Gubernur dan/atau Pemerintah Prov DIY).

Karena itulah, maka terdapat banyak kegiatan dan produk kebijakan DK DIY yang tidak termediasi dengan baik kepada pemangku kepentingan (stake holder) dan di tengah masyarakat. Sementara itu sebagian masyarakat (juga stake holder) masih memiliki persepsi, bahwa DK DIY dianggap sebagai eksekutor atau pelaksana kegiatan seni-budaya. Situasi dan kondisi semacam ini tentu tidak bisa dibiarkan, karena akan merugikan semua pihak.

Atas dasar kenyataan semacam itu, maka sangat diperlukan upaya-upaya mediasi kepada masyarakat luas dan para pemangku kepentingan agar terjadi perluasan serta saling berbagi informasi yang berguna bagi kepentingan kebudayaan. Forum dialog antara DK DIY dengan sebagian pemangku kepentingan kebudayaan/kesenian di wilayah DIY kali ini, merupakan langkah awal yang akan diikuti oleh forum-forum serupa dengan berbagai pihak.

Tujuan utama dari forum dialog ini adalah, ‘upaya mengomunikasikan berbagai potensi dan problematika kebudayaan di DIY, dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan bersama atau kerjasama sinergis antarinstitusi kebudayaan di DIY’. Dengan demikian akan terbangun kesalingmengertian atau kesepahaman, sehingga masing-masing institusi, termasuk DK DIY dapat lebih optimal memerankan peran dan fungsinya, karena akan selalu mendapatkan dukungan dari institusi kebudayaan yang lain dalam berbagai cara dan bentuk. Maka, Yogyakarta yang ‘memang istimewa’ ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat penghuninya, maupun inspirasi bagi Indonesia.

BAB II

BERKENAAN DENGAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN

A. DESKRIPSI, MAKSUD, TUJUAN

Dialog yang pertama ini diselenggarakan oleh DK DIY dengan berbagai institusi kebudayaan di Prov DIY, seperti Bentara Budaya, Karta Pustaka, Lembaga Indonesia Perancis, Cemeti Gallery, IVAA, Kedai Kebun Forum, Yayasan Umar Kayam, Rumah Budaya Tembi, Lesbumi, Yayasan Bagong Kussudiardjo, Jaran, dll. Dengan dialog, diharapkan terjadi kesepahaman khususnya terkait dengan eksistensi, fungsi, dan tugas DK DIY. Kemudian diharapkan dapat menbuka peluang untuk menjalin kerjasama antara institusi kebudayaan, terkait dengan pemikiran dan agenda kebudayaan di Prov DIY. Langkah berikutnya akan diagendakan pertemuan (dialog) berkala yang waktu dan pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan forum.

B. CAPAIAN

Forum dialog ini diharapkan dapat mengungkapkan berbagai potensi dan problematika kebudayaan di wilayah Prov DIY, serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan bersama atau kerjasama sinergis antarinstitusi kebudayaan di wilayah Prov DIY.

C. BENTUK KEGIATAN

Dialog atau semacam Sarasehan. Peserta terdiri atas seluruh anggota DK DIY dan representasi dari berbagai institusi kebudayaan di Prov DIY.

D. PELAKSANAAN

Hari : Kamis

Tanggal : 25 Februari 2010

Waktu : 09.30 sd 12.30

Tempat : R. Seminar Taman Budaya Yogyakarta

E. PANITIA

Ketua : Drs. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum

Sekretaris : Drs. Djoko Purwanggono

Dwi Puji Astuti

Bendahara : Drs. RM Wahyoe Widiyatmo

Nuryadi

Untung Suralip

Anggota : Dwi Anna Sitoresmi

Nur Ikhwan Rahmanto

Moderator : A. Eko Prawoto

Perumus : Djoko Purwanggono

Notulis : RGT Sambodo

F. ACARA

1. 08.00 – 08.30

Regritasi Peserta

2. 08.30 – 08.45

Pembukaan

Pengantar Penanggungjawab Acara

3. 08.45 – 09.00

Rehat

4. 09.00 – 10.00

Paparan

a. Yuwono Sri Suwito (Eksistensi dan Kinerja Dewan Kebudayaan Provinsi DIY)

b. G. Budi Subanar (Kompleksitas Problematika Kebudayaan dalam Konteks Yogyakarta).

c. H. Suwarno Wisetrotomo (Mediasi dan Sinergi antar Institusi kebudayaan di Yogyakarta: Sebuah Tawaran).

5. 10.00 – 13.00

Dialog dan Rumusan

G. DAFTAR UNDANGAN

1. Anggi Minarni (Karta Pustaka)

2. Yustina ‘Neni’ Nugraheni (Kedai Kebun Forum), tirtodupran

3. Dyan Anggraeni (Taman Budaya Yogyakarta)

4. Hermanu (Bentara Budaya Yogyakarta)

5. Jadul Maula (Lesbumi)

6. Sita Adisakti (Jogja Heritage Society)

7. Gelaran Budaya

8. Kusen Alipah Hadi (Yayasan Umar Kayam)

9. Yayasan Bagong Kussudiardjo

10. Bambang Paningron (Asia Tri/Jaran)

11. M. Charis Jubair (DK Kotamadya Yogyakarta)

12. Timbul (DK Bantul)

13. DK Kulon Progo

14. DK Gunung Kidul

15. DK Sleman

16. Ong Hari Wahyu (Komunitas Nitiprayan)

17. Putu Sutawijaya (Sangkring Art Space)

18. Jumaldi Alfi (Sarang Art Comunity)

19. PUSPAR UGM

20. Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri UGM

21. Pusat Study Kebudayaan UGM

22. Rumah Budaya Babaran Segaragunung nia ismoyo

23. Forum Pelestarian Lingkungan Budaya Yogyakarta (Forum Jogja)

24. Haryani WinotoSastro

25. Djaliati Sri Nugrahani

26. Djohan Salim

27. KRT. Jatiningrat

28. KRT. Thomas Haryonagoro

29. KH. Abdul Mhaimin

30. Sunardi

BAB III

RUMUSAN HASIL DIALOG:

POINTERS PAPARAN NARASUMBER, TANGGAPAN, DAN TANYA-JAWAB

A. POINTERS PAPARAN NARASUMBER

1. Ir. YUWONO SRI SUWITO, MM.

Topik : “Eksistensi dan Kinerja Dewan Kebudayaan Provinsi DIY”

a. Dewan Kebudayaan Provinsi DIY (Dk-DIY) sebagai suatu institusi atau lembaga yang bersifat otonom dan independennnnn dalam upaya atau kerangka melestarikan serta mengembangkan dinamika kebudayaan di wilayah Provinsi DIY dan yang berkerja di wilayah kebijakan / pertimbangan kebijakan perihal kebudayaan kepada Gubernur / Pemerintah Provinsi DIY telah melewati periode pertamanya (Tahun 2004-2009).

Berbagai suka duka telah menandai perjalanan DK-DIY pada masa itu. Mulai dari dituduh sebagai lembaga yang tidak ada gunanya, pemborosan, sampai kepada hal – hal yang menyakitkan bila harus dirasakan “… tanpa DK-DIY, kita tetap jalan terus, DK-DIY tidak bisa berbuat apa – apa, DK-DIY bukan partner kerja kebudayaan yang mumpuni, dst..” Benarkah demikian? Dengan hati yang ikhlas dan pemikiran yang jernih ingin kami ajak anda untuk menengok, memperhatikan berbagai upaya DK-DIY dalam meraih pemenuhan tugas, fungsi, dan peran DK-DIY. Itu yang tertuang dalam pelaksanaan program – program kerja, sebagai berikut:

1). Menyumbangkan pemikiran kepada Gubernur DIY dan menjadi narasumber melalui capaian dalam berbagai seminar, diskusi, dan sarasehan.

2). Menyelenggarakan seminar, sarasehan, dan diskusi baik yang diselenggarakan oleh DK-DIY sendiri maupun bekerjasama dengan pihak lain dalam upaya untuk merumuskan pemikiran dan tindakan yang dapat disumbangkan baik melalui program tersusun maupun hal - hal yang bersifat melingkupi fenomena fenomena faktual yang berkenaan dengan kebudayaan.

3). Menyelenggarakan sarasehan dengan DK-DIY se DIY untuk menjalin kerjasama yang sinergis dalam upaya menghindari tumpang tindih pelaksanaan program kerja, membangun pengelolaan kebudayaan terpandu, terpadu, dan terarah.

Salah satu permasalahannya adalah belum adanya “manajemen info” yang memadai untuk mengkomunikasikan perihal dimaksud secara informatif, komunikatif, dan atraktif.

Disamping capaian – capaian pelaksanaan program – program tersebut di atas, DK-DIY juga terlibat dalam penyusunan strategi RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Pemprov DIY (2009-2013).

b. DK-DIY periode II ini (2009-2013) dilingkupi dengan struktru kepengurusan yang lebih ramping. Hal ini lebih dimaksudkan untuk perampingan personil tetapi kaya aktifitas yang efeltif, namun efisien. Struktur kepengurusannya adalah sebagai berikut:

Ketua : H. Ir. Yuwono Sri Suwito, MM.

Wakil Ketua : Drs. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum

Sekretaris : G. Djoko Purwanggono

Bendahara : Drs. H. RM. Wahyoe Widiyatmo

Anggota : 1. KRT H. Jatiningrat, SH.

2. KRT. Thomas Haryonagoro, SH.

3. KH. Abdul Muhaimin

4. Dra. Djaliati Sri Nugrahani, M.Hum.

5. Ir. Eko Agus Prawoto

6. Dr.G. Budi Subanar, M.Si.

7. Dr. Djohan Salim, M.Si.

8. Drs. Sunardi

9. Haryani Winotosastro

Akan lebih efisien dan efektif apabila keanggoataan DK-DIY tidak terlalu banyak personil namun juga tidak hanya personil yang sekedar PINTER CELATHI akan tetapi juga SUGIH NGELMU dan NGERTI LAKU.

Hambatan yang dihadapi oleh DK_DIY adalah:

1) Tidak sedikit yang terlibat didalam kepengurusan dan anggota DK-DIY menjadi pegawai atau profesional aktif. Keterlibatannya di dalam DK-DIY ini lebih bersifat sebagai sampingan saja, sehingga untuk menetapkan rapat bersama saja sulit, untuk mencari waktu yang mayoritas anggota hadir.

2) Anggaran DK-DIY yang jumlahnya tidak sebanding dengan kegiatan yang dilaksanakan yang membutuhkan tenaga, fikiran, dan waktu. Tidak jarang pengurus / anggota DK-DIY bekerja hanya berdasar dedikasi, idealisme, dan kecintaan terhadap kebudayaan semata.

3) Masih dijumpai kelemahan pada “manajemen info” yang efisien, efektif, namun akurat dan tepat.

Dengan upaya tekun mengolah diri dan disertai dengan daya dukung berbagai pihak terkait untuk mengatasi hambatan – hambatan yang dihadapi , Insya Allah Dk-DIY sangat memiliki peluang untuk dapat merelisasikan VISI dan MISI yang telah dicanangkan.

Daya baca dan daya paham yang tidak rendah, komitmen kuat, dan kerjasama yang sinergis, merupakan tantangan yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan “canangan” diatas.

Program kerja DK-DIY periode II (2009-2013) meliputi:

1) JANGKA PENDEK

a) Menyempurnakan anggaran dasar DK-DIY yang disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan

b) Menyusun anggaran rumah tangga

c) Penyusunan program kerja yang dapat diilhami dari keahlian masing – masing pengurus / anggota DK-DIY.

d) Dialog Budaya

e) Forum Komunikasi dan Silaturahmi DK-DIY

f) Memberi masukan / sosilisasi budaya kerja (Pemprov DIY)

g) Memikirkan KCB-BCB yang dalm kondisi terancam

2) JANGKA PANJANG

a) Menyumbangkan pemikiran kepada Pemprov DIY tentang “Strategi Kebudayaan” jangka panjang.

b) Membaca fenomena atraksi seni dan budaya yang merupakan “event attraction” di DIY, yang di anggap terjebak dalam rutinitas yang terkesan monoton dan kurang kreatif, untuk kemudian menyumbangkan saran dan pemikiran demi baiknya “event – event” dimaksud.

c) Menyumbangkan pemikiran pada RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang)

2. Dr. G. BUDI SUBANAR

Topik : “Kompleksitas Problematika Kebudayaan Dalam Konteks Yogyakarta

Dipaparkan berbagai hal tentang kompleksitas problematika kebudayaan dalam konteks Yogyakarta

a. Beberapa cara pandang mengenai Yogyakarta dari waktu ke waktu: tempo dulu dan masa kini-begitu kompleksitas problematika kebudayaan dalam konteks Yogyakarta itu telah begitu mengalir.

b. Gambaran kompleks wilayah konsentrasi / perebutan (dunia rupa, panggung suara, gerak, wayang, sastra, bangunan, dll) dapat dipandang atau diamati dari: kekhasan Yogyakarta (seperti tokoh – tokoh legendaris, beragam kelompok, beragam ruang publik, berbagai pihak yang memanfaatkan tempat – tempat tersebut, Perguruan Tinggi, Media Majalah, publik yang luas)

c. Kebudayaan mengalami dinamikanya dan secara ringkas pihak – pihak yang terlibat dala dinamika itu adalah: negara, masyarakat, pasar.

Kecenderungannya :

1) Masyarakat sangat dinamis

2) Pasar menekan / mempengaruhi

3) Negara memfasilitasi, mengawasi, berpikir birokratis, formal-legal, kurang mampu memahami dinamika.

d. Tantangan

Bagaimana mensikapi keterlibatan dimaksud dengan menciptakan sinergi dan pemetaan para pelaku, serta mengangkat issu strategis?

e. Diperlukan perubahan paradigma yang memadai, memandu, mengarahkan.

3. Drs. SUWARNO WISETROTOMO, M.Hum.

Topik : “Mediasi dan Sinergi Antar Institusi Kebudayaan di Yogyakarta: Sebuah Tawaran

a. Dinamika kebudayaan di DIY begitu dinamis, terjadi banyak pergeseran di berbagai sektor dan lini kehidupan yang tak jarang mengundang kecemasan. Karena itu kebudayaan sebagai kata kerja, tetap harus diperbincangkan secara kritis, dan tentu di sertai agenda aksi yang cermat dan cerdas.

b. Tentu saja Yogyakarta adalah sebuah kota yang terbuka selalu menerima dan selalu menunjuk diri sebagai pionir untuk menjadi Indonesia terus menerus-selalu ada spirit membangun Indonesia yang berbudaya dari Yogyakarta. Kini kutub – kutub (poros) lin bermunculan, demikian pula area “melting pot” menyebar, bahkan disetiap poros memiliki area atau ruang pertemuan. Kemudian setiap poros juga tidak selalu mewakili bidang secara “rigid”, yang intelektual, atau yang seniman saja, misalnya. Disebabkan karena setiap poros juga mulai bersentuhan dengan kedua bidang intelektual dan praktisi budaya maka persentuhan keduanya melahirkan pengayaan persfektif baik dari aspek wacana maupun dari aspek praktik budaya.

c. Begitu banyak kantong-kantong budaya, maka tawarannya adalah terletak pada kesanggupan kita untuk mengelolannya secara sinergis potensi – potensi budaya itu. Dengan demikian mediasi dan sinergi antar institusi kebudayaan di Yogyakarta barangkali perlu untuk di tindaklanjuti.

B. POINTERS: TANGGAPAN DAN TANYA JAWAB

1. MUSTAFA M. HASYIM (DK-YOGYAKARTA)

a. Bagaimana caranya mendamaikan “konsep kebudayaan” yang kacau akibat dari dinamika kebudayaan itu yang tak terkendali?

b. Pengaruh media massa harus dibangun seperti apa berkenaan dengan perkembangan kebudayaan yang sedang dan akan terjadi?

c. Kompleksitas itu potensi, bagaimana mengelolanya?

2. ARIS AHYAD (FIB UGM YOGYAKARTA)

a. Yogya sebagai wilayah administratif telah dihuni oleh aktifitas budaya yang berkembang tidak jalan ditempat, lalu bagaimana kita mendefinisikan kebudayaan Yogyakarta itu? Atau definisi kebudayaan Yogya itu yang mana?

b. Bagaimana budaya yang sangat “elitis” bisa masuk kedalam lingkaran massal?

c. Ragam budaya yang tumbuh dan berkembang, apakah dapat dimungkinkan adanya “poros budaya”? Poros budaya itu apa?

d. Budaya itu tidak hanya kesenian, barangkali justru dengan adanya “poros budaya” itu malah akan membahayakan, sebab pertanyaannya adalah bagaimana poros itu dibuat atau harus terjadi?

3. Ir. DHARMA GUPTA (FORUM PELESTARIAN LINGKUNGAN BUDAYA YOGYAKARTA) Yogyakarta itu yang mana? Haruskan di batasi dengan batasan – batasan tertentu? Sebaiknya DIY saja atau budaya Yogya.

4. BAMBANG PANINGRON (JARAN)

a. Dialog ini perlu diformulasikan dalam bentuk yang lebih bisa mengarahkan

b. Diperlukan mekanisme yang lebih jelas yang bisa di”peta”kan dengan pasti, baik mengenai klasifikasi, besaran, dll. Yang dapat dilakukan secara sinergis berkenaan dengan pengelolaan kebudayaan.

5. ANGGI MINARNI (KARTA PUSTAKA)

Diperlukan upaya – upaya yang mengarah pada penguasaan pengetahuan dan tindakan oleh masing – masing yang terlibat didalam pengelolaan kebudayaan, yng mestinya tidak perlu dibatasi oleh hal – hal yang sifatnya membelenggu, seperti ainistrasi, birokrasi, dll.

6. HERMANU (BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA)

Yogyakarta disebut sebagai ibukota senirupa tetapi mengapa tidak memiliki museum yang memadai mengenai perihal dimaksud. Mohon bisa di direkomendasikan kepada Gubernur untuk membangun museum senirupa yang memadai di Yogyakarta.

7. AGUNG KURNIAWAN (IVAA)

Diperlukan berbaga upaya oleh DK-DIY untuk terus menerus melakukan “mediasi” dan komunikasi kepada “publik” mengenai berbagai hal yang terkait dengan kebudayaan.

8. RAIN ROSIDI (GELARAN BUDAYA)

a. Kebudayaan telah tumbuh dan berkembang secara dinamis. Bagaimanakah cara mengelolanya dengan baik, terarah, terpandu?

b. Bagaimanakah transforasi budaya itu harus diwujudkan.

9. DIAN ANGGRAINI (TAMAN BUDAYA YOGYAKARTA)

Sangat disarankan adanya jejaring yang sinergis antar pihak – pihak yang terlibat didalam kebudayaan itu agar dapat berkelanjutan / berkesinambungan, namun tetap “memandu dan mengarahkan”

C. POINTERS: JAWABAN NARASUMBER

1. Tindakan identifikasi permasalahan, menyusun langkah – langkah yang harus ditindklanjuti dengan “action plan” yang baik dan sungguh – sungguh hendaknya diikuti pula dengan referensi perjalanan searah yang meingkup dapat dipercaya, dan benar. Dengan demikian sangat diharapkan sajian pemahaman yang benar – benar dapat mendiskusikan, mendefinisikan, dan memberi pengertia tentang “kebudayaan Yogya”.

2. Diketemukan sejumlah kesalahan atau distorsi mengenai berbagai hal yang ada hubungannya dengan kebudayaan, seperti: prasati yang ada dikompleks Kotagede yang harus diperbaiki atas kesalahnnya, pelurusan sejarah yang menyimpang, aktifitas – aktifitas tradisi yang tidk lagi “pakem”, dll.

3. Diperlukan daya baca dan daya paham yang tidak dangkal mengenai “budaya-yogya” dari berbagai sudut pandang.

4. Kompleksitas budaya Yogya hendaknya memang harus dipahami sebagai potensi yang harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak hanya sebatas pada “nguri – nguri” saja, tetapi juga harus progresif seiring dengan dinamika budaya yang berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan kaidah yang tidak menyimpang, apalagi “destruktif”

5. Kompleksitas probematika kebudayaan dalam konteks Yogyakarta tidaklah bisa mengesampingkan akan adanya perubahan paradigma, yang tidak lagi: berpandangan statis dan terbebani, pasif, dan terkungkung.

6. Aktif sebagai subyek, sadar, dan paham terhadap realitas aktual yang kompleks, kreatif, serta menjalin “jejaring yang sinergis”

7. Begitu banyak kantong – kantong budaya maka, diperlukan adanya tindakan manajemn yang sinergis untuk mengelola potensi – potensi budaya itu.

D. REKOMENDASI

Dialog kebudayaan antara Dewan Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DK-DIY) dengan lembaga – lembaga kebudayaan di Yogyakarta ini merekomendasikan:

“Diperlukan upaya untuk mengkomunikasikan berbagai potensi dan probleatika budaya di DIY dan kemungkinan – kemungkinan yang bisa dilakukan bersama atau kerjasama sinergis antar lembaga kebudayaan dii DIY. Dengan demikian akan terbangun kesaling-mengertian atau kesepahaman, sehingga masing – masing institusi, termasuk DK-DIY dapat lebih optimal memainkan peran dan fungsinya, karena aka selalu mendapatkan dukungan dari institusi atau lembaga (kebudayaan) yang lain dalam berbagai cara dan bentuk”

Semoga pengertian lebih dalam boleh tmbul !

DIALOG BUDAYA ANTARA DEWAN KEBUDAYAAN PROVINSI DIY DENGAN INSTITUSI KEBUDAYAAN DI DIY | 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar